Seren Taun adalah upacara panen padi yang dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam bidang pertanian selama setahun yang telah berlalu dan harapan untuk setahun yang akan datang.
Lebih spesifik lagi, upacara seren taun merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung . Ada dua lumbung; yaitu lumbung utama(leuit indung) ; serta lumbung pangiring atau leuit leutik (lumbung kecil). Leuit indung digunakan sebagai sebagai tempat menyimpan padi ibu yang ditutupi kain putih dan pare bapak yang ditutupi kain hitam. Padi di kedua lumbung itu untuk dijadikan bibit atau benih pada musim tanam yang akan datang. Leuit pangiring menjadi tempat menyimpan padi yang tidak tertampung di leuit indung.
Dalam Upacara Seren Taun inilah dituturkan kisah klasik pantun serta sastra sunda yang menceritakan tentang perjalanan Sang Hyang Asri atau Dewi Sri merupakan utusan dari Jabaning Langit diturunkan ke bumi untuk memberikan kesuburan tanah bagi petani.
Di kawasan Cigugur, di kaki Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, upacara Seren Taun dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, kediaman Pangeran Djatikusumah, yang didirikan tahun 1840.
Seren Taun dilaksanakan pada tanggal 22 bulan Rayagung Tahun Saka bulan terakhir dalam perhitungan kalender Sunda. Di awali dengan Upacara Ngajayak ( Penjembutan Padi) pada tanggal 18 dilanjutkan dengan penumbukan padi dan sebagai puncak acaranya jatuh pada tanggal 22 Rayagung. Ngajayak dalam bahasa Sunda berarti menerima dan menyambut sedangkan bilangan 18 (delapan welas) dalam bahasa sunda dikonotasikan sebagai welas asih yang berarti cinta kasih dan kemurahan Tuhan menganugrahkan kemakmuran kehidupan umatnya serta segala alam semesta.
Tiga tahapan ritual dalam upacara Seren Taun.
Pertama adalah Damar Sewu; Sebagai gambaran manusia dalam menjalani kehidupan baik sosial maupun pribadi.
Damar sewu atau seribu damarmerupakan acara pembuka dalam upacara seren taun. damar sewu biasa diadakan pada malam hari (sekitar jam 7 malam) damar sewu dimulai dengan penyalaan obor besar yang ada di halaman gedung paseban tri panca tunggal oleh seorang pemuda yang menunggangi kuda sambil membawa obor. setelah obor besar menyala dilanjutkan dengan menyalakan obor obor lain yang berada di sepanjang jalan desa cigugur. pada upacara damar sewu ini desa cigugur akan diterangi oleh damar yang jumlahnya sangat banyak.
Kedua adalah Tari Buyung; Gerakannya Menggambarkan Penyelarasan Manusia Dengan Alam. Dalam tarian itu, manusia diajak untuk lebih dekat dengan alam dan mencintainya sebagai sahabat yang harus terus berjalan bersama.
Setiap gerakan dalam tari Buyung memiliki makna . Menginjak kendi sambil membawa buyung di kepala (nyuhun) erat relevansinya dengan ungkapan “di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung”. Buyung adalah sejenis alat yang terbuat dari logam maupun tanah liat yang digunakan oleh sebagian wanita desa pada zaman dulu untuk mengambil air di sungai, danau, mata air, atau di kolam.
Membawa buyung di atas kepala sangat memerlukan keseimbangan. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan ini perlu adanya keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Pergelaran tari buyung dengan formasi Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung, Medang Kamulan, dan Nugu Telu memiliki makna yang menyiratkan bahwa masyarakat petani Sunda adalah masyarakat yang religius. Sang Hyang Maha Kuasa diyakini sebagai segala asal-usul sumber hidup dan kehidupan. Sementara manusia merupakan mahluk penghuni bumi yang paling sempurna di antara mahluk-mahluk ciptaan Sang Hyang Maha Kuasa lainnya.
Alam penuh dengan energi. Alam selalu bereaksi dengan tingkah laku manusia, dan ikut mempengaruhi karakter manusia. Eksistensi dalam alam makrokosmos dilihat sebagai sesuatu yang tersusun secara hierarkis. Sehingga, secara moral manusia dituntut untuk menyelaraskan hidupnya dengan alam, yaitu antara mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam raya) untuk membuahkan kesadaran mengenai penghayatan iman terhadap keagungan Sang Hyang Maha Pencipta.
Dan yang ketiga Pesta Dadung; Sebagai Upaya meruwat antara energi positif dan negatif akan keseimbangan alam.
Pesta Dadung merupakan upacara sakral masyarakat dilaksanakan di Mayasih (kawasan gunung batu) yang merupakan upaya meruwat dan menjaga keseimbangan antara positif dan negatif di alam, jadi pesta dadung merupakan upaya meruwat dan menjaga keseimbangan alam agar hama dan unsur negatif tidak mengganggu kehidupan manusia. Setelah pesta Dadung berakhir, bisanya akan ditanami pohon dikawasan tersebut
Puncak Acara: Arak-arakan dari 4 penjuru
Puncak upacara Seren Taun serupa festival. Arak-arakan masyarakat terdiri dari 4 formasi barisan muda-mudi, ibu-ibu, bapak-bapak, dan rombongan atraksi kesenian yang membawa hasil panen dari empat penjuru Cigugur. Barisan terdepan, dua orang pemudi membawa padi, buah-buahan, dan umbi-umbian yang diikuti oleh seorang pemuda membawa payung janur bersusun tiga.
Di belakangnya, ada 11 orang pemudi membawa padi bibit dengan dipayungi para jejaka. Jumlah sebelas melambangkan simbol saling mengasihi (welas asih). Baris ketiga, terdapat rombongan ibu-ibu yang membawa padi di atas kepala (nyuhun); sedangkan baris keempat, rombongan bapak-bapak memikul padi dengan rengkong dan pikulan biasa.
Seren Taun juga dihadiri sejumlah kelompok masyarakat adat dari seluruh Indonesia. Suka cita dan kekhidmatan Seren Taun tak hanya dirasakan oleh masyarakat Cigugur, namun juga dirasa memberikan makna bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Pemahaman tentang upacara dan tradisi kuno tanpa mengetahui maknanya akan menimbulkan banyak kesalahpahaman. Untuk memahami pengetahuan tentang tatanam alam semesta yang dimiliki tradisi kuno purbaraya, silahkan download ebook jagadgumelar.
Transportasi menuju Cigugur, Kuningan.
Pengunjung asal Jakarta dan sekitarnya, dapat menggunakan Kereta Api menuju Stasiun Kejaksan Cirebon, kemudian dari sana bisa menggunakan jasa travel setempat untuk diantar langsung ke tempat tujuan, dengan harga yang relative terjangkau sekitar Rp. 25.000,- sampai Rp. 30.000,- per orang, tidak terlalu mengeluarkan kocek yang besar untuk membayar jasa travel setempat ke objek wisata Cigugur Pusat Terapi Ikan Alami dengan jarak tempuk sekitar 50 menit dengan jarak sekitar 36 km kearah selatan menuju pusat kota Kuningan dari kota Udang Cirebon.
Selain kereta api pengunjung dapat juga menggunakan bus. Terdapat angkutan bus 24 jam menuju Kabupaten Kuningan dari arah Jakarta, misalnya Bus Luragung Jaya, Bus Setia Negara, dan masih banyak lagi Bus tujuan Cirebon dari Jakarta, jika menggunakan bus dari Jakarta menuju Kuningan dengan ongkos yang relative murah sekitar Rp. 40.000,- sampai Rp. 55.000,-, calon pengunjung bisa turun di terminal Cirebon kemudian naik mobil bus jurusan Tasikmalaya dengan ongkos sekitar Rp. 7.000,- atau bisa naik angkutan umum sejenis Elf jurusan Cirebon – Cikijing dengan tarif yang sama seperti naik bus juarusan Tasikmalaya dan bisa langsung turun di depan objek wisata Cigugur Pusat Terapi Ikan Alami.
Upacara Seren Taun tidak saja diadakan di Cigugur, Kuningan, tetapi berapa desa adat Sunda menjalankannya juga setiap tahun, yaitu di daerah:
- Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar, Cisolok, Kabupaten Sukabumi
- Desa adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor
- Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten
- Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya
(diadaptasi dari berbagai sumber)