Ritual Larung Sesaji Telaga Sarangan Magetan


Ritual larung sesaji telaga saranganRitual larung sesaji telaga sarangan di Magetan, Jawa Timur sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu bahkan diperkirakan sudah sejak 508 tahun sebelum masehi. Ini adalah upacara syukur kepada Yang Maha Kuasa dari masyarakat yang tinggal di sekitar telaga sarangan.

Telaga Sarangan merupakan objek wisata berupa telaga yang dikelilingi oleh pasar wisata sarangan. Telaga sarangan terletak dilereng gunung lawu. Tepatnya di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Selain kondisi suhu udara yang dingin dan nyaman, Telaga Sarangan juga merupakan peninggalan alam yang masih sakral hingga saat ini.

Ritual labuhan atau ritual larung sesaji telaga sarangan ini dilaksanakan setiap bulan syakban tepatnya hari jum’at pon sampai minggu kliwon. Untuk upacara sakral atau slamatan dari warga sarangan itu sendiri dilakukan pada hari jum’at pon. Untuk sabtu sampai minggu kliwon ritual ini diadakan oleh Pemda magetan yang disaksikan oleh seluruh warga.

Baca juga : Tradisi Larung Sesaji Petik Laut Muncar, Banyuwangi Jawa Timur

Perlengkapan Ritual Larung Sesaji Telaga Sarangan

Perlengkapan labuhan ini dibedakan menjadi 2 bagian, yang pertama untuk warga sarangan itu sendiri yang dilakuakan pada hari jum’at pon sedangkan hari sabtu sampai minggu kliwon dilakukan oleh pemda sarangan.

Untuk perlengkapan pada hari jum’at pon berbeda dengan hari sabtu sampai minggu kliwon.

Untuk hari jum’at pon itu sendiri perlengkapan yang dibutuhkan yaitu:
Tumpeng asli
– Ayam panggang
– Pisang setangkap (pisang ini harus tergolong pisang raja dan ambon)
– Budak ripeh (budak ripeh ini adalah sejenis jadah putih, kuning)
Jadah ripeh ini bermula dari kusumaning Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub
– Jajan pasar
– Jenang moncowarno (jenang 5 warna)

Sedangkan pada hari sabtu sampai minggu kliwon perlengkapan yang dibutuhkan yaitu:
Tumpeng Gonobahu setinggi 2 meter. Dalam tumpeng tersebut terdapat ayam tulak (ayam hitam yang bulu sayapnya terdapat 1 warna putih).
– Uluwatu bumi (Buah-buahan, sayur mayur, palawija).

Prosesi  Ritual Larung Sesaji Telaga Sarangan

Prosesi Ritual Larung Sesaji Telaga Sarangan diawali dengan kirab Tumpeng Gono Bahu dari Kelurahan Sarangan menuju panggung di pinggir Telaga Sarangan. Pemberangkatan dimulai dari Balai Kelurahan Sarangan jam 10 pagi menuju telaga sarangan, kurang lebih 500 meter dari Telaga Sarangan.

Dalam perjalanan dari Balai Kelurahan Sarangan, peserta yang membawa sesaji dilakukan dengan berjalan kaki kecuali, empat pasukan berkuda dengan naik kuda. Semua sesaji dibawa dengan berjalan kaki, orang jawa menyebutnya dengan kata “Dipikul”.

Masing-masing sesaji dipikul oleh kurang lebih 4 orang, sebab ukuran dari sesaji yang lumayan besar dan berat. Iring-iringan kirab diawali dengan pasukan berkuda 4 sampai 8 orang (arak-arakan), cucuk lampah 1 orang, sesepuh adat, kepala kelurahan beserta ibu, barisan domas dari seluruh SMA magetan 50 perserta (pria wanita), prajurit (warga setempat), kejawen 40 orang (pria), bonang renteng (musik gamelan).

Upacara Labuh Sesaji dipusatkan di punden desa tepatnya sebelah timur telaga, di tempat inilah para pejabat Kabupaten, Muspika, para perangkat desa, sesepuh, dan tokoh masyarakat serta para warga masyarakat berkumpul untuk mengadakan sesaji.

Setelah semua sesaji diterima oleh sesepuh desa, maka sesepuh desa membakar menyan serta membaca doa. Setelah pembacaan doa selesai sesaji dibawa ke telaga untuk dilarungkan kecuali, sesaji yang berisi nasi tumpeng yang berukuran kecil, panggang, cok bakal, dan setakir bunga telon ditinggal di bawah pohon beringin yang ada di punden desa.

Pelarungan dilakukan setelah Sesaji Agung Labuh Tumpeng Gono Bahu dikumpulkan menjadi satu di punden dan dibacakan doa oleh sesepuh Desa Sarangan. Semua sesaji diangkat kedalam perahu oleh warga. Kemudian dibawa mengelilingi telaga serangan dengan menggunakan perahu. Barulah semua sesaji dilarungkan kedalam telaga oleh para pejabat serta masyarakat setempat dengan menggunakan 50 perahu menuju tengah-tengah telaga.

Dengan dilarungkannya sesaji tersebut warga sarangan dan semua warga magetan berharap dapat dijauhkan dari segala musibah dan balak, serta kehidupan masyarakat akan lebih baik.

Artikel Menarik Lainnya


About Candi

Ada 2 pilihan memandang masa lalu. Saya memilih mengambil ancang-ancang untuk melihat masa depan yang lebih baik.